Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering banget mendengar kata korupsi, tapi
giliran ditanya apa artinya, cuma sedikit dari mereka yang bisa
menjawab. Penyebabnya karena masih banyak orang yang nggak tau apa
sebenarnya korupsi itu. Korupsi berasal dari kata bahasa latin,
corruptio. Kata ini sendiri punya kata kerja corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok.
Menurut
Transparency International, korupsi adalah perilaku pejabat publik,
baik politikus atau pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak
legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengan
dirinya, dengan cara menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Penjelasan detail mengenai korupsi
menurut hukum Indonesia ada dalam tiga belas pasal UU No. 31 Tahun
1999 jo. UU No. 21 Tahun 2001, secara ringkas tindakan korupsi
dikelompokkan menjadi:(1) Merugikan keuangan negara; (2) Suap-menyuap (sogokan atau pelicin); (3) Penggelapan dalam jabatan; (4) Pemerasan; (5) Perbuatan curang; (6) Benturan kepentingan dalam pengadaan; dan (7) Gratifikasi (pemberian hadiah).
Musuh
besar kita bersama yang bernama korupsi harus dihindari mulai dari
generasi muda. Sejak dini, mari kita kenali cikal-bakal lahirnya
korupsi di Indonesia mulai dari level yang paling rendah. Berikut ini
akan disajikan beberapa contoh korupsi dalam kejadian sehari-hari
yang bisa dengan mudah kamu hindari.
-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
Kasus
pertama, merugikan keuangan negara
Dalam
kehidupan sehari-hari, korupsi yang ngerugiin keuangan orang lain
banyak terjadi. Jangan salah: situasi yang ngerugiin keuangan negara
juga ada lho!
Contoh 1:
Contoh 1:
Korupsi
yang merugikan keuangan keluarga
Contohnya
gampang banget. Kamu dititipin uang belanja ama ibu kamu. Kalo sampai
ada uang kembalian yang kamu beliin coklat tanpa sepengetahuan
beliau, itu artinya kamu korupsi.
Contoh 2:
Korupsi
yang merugikan keuangan sekolah
Kamu adalah bendahara dalam panitia pensi (pentas musik) sekolah. Di proposal, kamu menulis dana yang dibutuhin Rp 10 juta. Padahal yang kamu butuhin cuma Rp 5 juta. (Maksudnya sih, sisa duitnya mau dipakai buat pesta pembubaran panitia). Jangan keburu seneng, bro: apa yang kamu lakuin udah masuk itungan korupsi.
Kamu adalah bendahara dalam panitia pensi (pentas musik) sekolah. Di proposal, kamu menulis dana yang dibutuhin Rp 10 juta. Padahal yang kamu butuhin cuma Rp 5 juta. (Maksudnya sih, sisa duitnya mau dipakai buat pesta pembubaran panitia). Jangan keburu seneng, bro: apa yang kamu lakuin udah masuk itungan korupsi.
Contoh 3:
Korupsi
yang merugikan keuangan negara
Malem
minggu, kamu diajak ke sebuah party ama teman-teman. Kamu tau,
inceran kamu bakal ada di situ. Biar keliatan keren, kamu bela-belain
minjem mobil ama ortu. Padahal kamu tau itu mobil dinas yang harusnya
cuma dipake ama bapak kamu. Kalo kamu sampe ngelakuin ini, jangan
keburu ngerasa keren: kamu baru saja ngelakuin korupsi.
Kasus kedua, suap-menyuap (sogokan atau pelicin)
Ini
dia tindak korupsi yang sering kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Paling sering sih kalo kita berurusan dengan aparat.
Tapi nggak menutup kemungkinan hal yang sama kamu lakukan di
lingkungan sekolah atau tempat tinggal.
Contoh
1:
Menyuap
aparat
Lagi asik bawa motor, tau-tau ada peluit berbunyi. Ternyata tanpa sadar kamu nerobos lampu merah. Biasa deh, kamu cengar-cengir ke pak polisi yang nyetop. Buntut-buntutunya kamu minta damai dengan cara memberi uang dalam jumlah tertentu. Ini artinya kamu korupsi!
Lagi asik bawa motor, tau-tau ada peluit berbunyi. Ternyata tanpa sadar kamu nerobos lampu merah. Biasa deh, kamu cengar-cengir ke pak polisi yang nyetop. Buntut-buntutunya kamu minta damai dengan cara memberi uang dalam jumlah tertentu. Ini artinya kamu korupsi!
Contoh 2:
Menyuap guru
Gara-gara nggak belajar, ulangan matematik kamu jeblok. Terus, kamu datang deh ke rumah bu guru sambil membawa bingkisan cantik. Harapannya, hati beliau melunak dan mau menaikkan nilai kamu di rapor. Nggak perlu ditanya lagi, ini artinya kamu korupsi.
Gara-gara nggak belajar, ulangan matematik kamu jeblok. Terus, kamu datang deh ke rumah bu guru sambil membawa bingkisan cantik. Harapannya, hati beliau melunak dan mau menaikkan nilai kamu di rapor. Nggak perlu ditanya lagi, ini artinya kamu korupsi.
Kasus ketiga, penggelapan dalam jabatan
Jangankan
pegawai negeri yang punya jabatan, kita-kita aja kalo udah berurusan
ama duit, kayaknya selalu ngadepin godaan untuk nilep. Contohnya
dalam kehidupan sehari-hari juga lumayan banyak.
Contoh
1:
Nyalahgunain
uang orang lain
Jabatan kamu keren: Ketua OSIS. Seperti biasa, tiap akhir tahun kamu musti bikin laporan pertanggungjawaban keuangan. Di situ kamu nulis kalo saldo OSIS yang tersisa Rp 10 juta. Padahal itu bohong berat: ada Rp 2 juta yang kamu kantongin sendiri. Apa kamu ketua OSIS yang baik? Nggak banget deh. Kamu justru ketua OSIS yang sekorup bajak laut.
Jabatan kamu keren: Ketua OSIS. Seperti biasa, tiap akhir tahun kamu musti bikin laporan pertanggungjawaban keuangan. Di situ kamu nulis kalo saldo OSIS yang tersisa Rp 10 juta. Padahal itu bohong berat: ada Rp 2 juta yang kamu kantongin sendiri. Apa kamu ketua OSIS yang baik? Nggak banget deh. Kamu justru ketua OSIS yang sekorup bajak laut.
Contoh
2: Malsuin bukti
Contoh 3:
Ngebiarin
orang lain malsuin bukti
Ternyata palsu-memalsukan bon biaya kegiatan ekskul nggak Cuma dilakuin oleh kamu, tapi juga pengurus-pengurus lainnya. Mulai dari voli sampe tim debat, semua pada sibuk nimbun duit haram. Kalo kamu tau tentang hal ini dan diem aja, itu artinya kamu korupsi!
Ternyata palsu-memalsukan bon biaya kegiatan ekskul nggak Cuma dilakuin oleh kamu, tapi juga pengurus-pengurus lainnya. Mulai dari voli sampe tim debat, semua pada sibuk nimbun duit haram. Kalo kamu tau tentang hal ini dan diem aja, itu artinya kamu korupsi!
Kasus
keempat, pemerasan
Pemerasan juga bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Nggak perlu banyak contoh, ada satu bentuk pemerasan yang pasti kamu kenal dengan baik, yaitu…
Contoh 1:
Palak-memalak
Yoi, betul banget. Tiap kali kamu memalak uang dari adik kelas atau orang lain, itu artinya kamu udah melakukan pemerasan. Nggak ada bedanya sama pegawai negeri yang memeras orang yang seharusnya dia layani. Kesamaan kamu ama dia? Sama-sama korupsi!
Palak-memalak
Yoi, betul banget. Tiap kali kamu memalak uang dari adik kelas atau orang lain, itu artinya kamu udah melakukan pemerasan. Nggak ada bedanya sama pegawai negeri yang memeras orang yang seharusnya dia layani. Kesamaan kamu ama dia? Sama-sama korupsi!
Kasus
kelima, perbuatan curang
Kecurangan juga bisa terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Nggak perlu banyak contoh, ada salah satu bentuk kecurangan yang pasti kamu kenal dengan baik, yaitu…
Contoh
1:
Nyontek
Kamu lagi quiz ekonomi. Tiap beberapa menit, kamu lirik sana lirik sini. Yoi, kamu nyontek dan kamu udah korupsi. Bayangin dong teman kamu udah susah-susah belajar, sementara kamu enggak. Nggak adil banget kalo ternyata nilai kamu dan dia sama-sama bagus. Yang dikorupsi? apalagi kalo bukan ilmu!
Kamu lagi quiz ekonomi. Tiap beberapa menit, kamu lirik sana lirik sini. Yoi, kamu nyontek dan kamu udah korupsi. Bayangin dong teman kamu udah susah-susah belajar, sementara kamu enggak. Nggak adil banget kalo ternyata nilai kamu dan dia sama-sama bagus. Yang dikorupsi? apalagi kalo bukan ilmu!
Contoh 2:
Bolos
sekolah
Ini juga sama aja: salah satu bentuk kecurangan. Kok curang? Ya jelas, bos. Tugas kamu sebagai pelajar kan belajar dengan baik dan benar. Kalo kamu sampe bolos, kamu udah mengkorup waktu kamu sebagai seorang pelajar. Kamu boleh nganggep ini hal biasa, tapi ingat: dari pola pikir kayak gini, bibit korupsi bakal tumbuh dan mengganas di kemudian hari.
Ini juga sama aja: salah satu bentuk kecurangan. Kok curang? Ya jelas, bos. Tugas kamu sebagai pelajar kan belajar dengan baik dan benar. Kalo kamu sampe bolos, kamu udah mengkorup waktu kamu sebagai seorang pelajar. Kamu boleh nganggep ini hal biasa, tapi ingat: dari pola pikir kayak gini, bibit korupsi bakal tumbuh dan mengganas di kemudian hari.
Kasus keenam, benturan kepentingan dalam pengadaan
Sebagai
remaja, proses pengadaan mungkin jarang banget atau malah nggak
pernah kita hadapi. Tapi esensinya tetap bisa kita temuin dalam
kehidupan sehari-hari: adanya kepentingan yang bertabrakan.
Contoh
1:
Benturan
kepentingan di acara sekolah
Jabatan kamu banyak: selain jadi gitaris di sebuah band, kamu juga baru aja kepilih jadi ketua panitia pensi sekolah. Seperti biasa, untuk nyeleksi band sekolahan yang bakal tampil, diadain audisi. Eeeh, kamu malah bikin keputusan kalo band kamu boleh tampil begitu aja, tanpa audisi, tanpa seleksi. Ini namanya kamu udah korupsi pengadaan.
Jabatan kamu banyak: selain jadi gitaris di sebuah band, kamu juga baru aja kepilih jadi ketua panitia pensi sekolah. Seperti biasa, untuk nyeleksi band sekolahan yang bakal tampil, diadain audisi. Eeeh, kamu malah bikin keputusan kalo band kamu boleh tampil begitu aja, tanpa audisi, tanpa seleksi. Ini namanya kamu udah korupsi pengadaan.
Kasus
terakhir, gratifikasi (pemberian hadiah)
Sama
seperti pengadaan, rasanya kita jarang banget nerima yang namanya
gratifikasi. Tapi prinsipnya sama: kamu korupsi kalo nerima hadiah
yang nggak layak untuk kamu dapetin.
Contoh
1:
Hadiah
dari guru
Ulangan
bahasa Indonesia kamu jeblok, tapi karena guru bahasa Indonesia kamu
kenal baik sama ortu, dia memutuskan untuk ngasih kamu hadiah: nilai
kamu didongkrak! Jangan keburu seneng: kalo kamu nge-iya-in guru
kamu, artinya kamu udah korupsi.
Contoh
2:
Hadiah
dari teman
Suatu hari, pacar kamu bolos dari sekolah. Dia minta tolong kamu untuk ngabsenin namanya. Biasa lah: biar dikira masuk. Permintaannya kamu kabulin. Tau-tau sorenya dia mampir ke rumah sambil membawa makanan & video game yang udah lama kamu incer. Romantis? Boro-boro. Yang ada malah menyedihkan!
Suatu hari, pacar kamu bolos dari sekolah. Dia minta tolong kamu untuk ngabsenin namanya. Biasa lah: biar dikira masuk. Permintaannya kamu kabulin. Tau-tau sorenya dia mampir ke rumah sambil membawa makanan & video game yang udah lama kamu incer. Romantis? Boro-boro. Yang ada malah menyedihkan!
Tulisan ini dipersembahkan oleh:
Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK)
Tulisan ini dimodifikasi (seperlunya) oleh:
@DArfians
Kalau
kamu mau ngelaporin kasus korupsi, bisa hubungi:
Direktorat
Pengaduan Masyarakat KPK
Telp.
(021) 2557 8389
Faks.
(021) 5289 2454
SMS:
0855 8 575 575
e-mail:
pengaduan@kpk.go.id
Untuk
informasi yang tidak terkait kasus korupsi, bisa hubungi:
Direktorat
Pengaduan Masyarakat KPK
Telp.
(021) 2557 8439
e-mail:
informasi@kpk.go.id
4 Komentar
asik ada foto saya hehe, salah satu kasus korupsi yang sering saya liat itu adalah orang belanja minta bon kosong, 2 lembar lagi
BalasHapusThank you buat blog post-nya, kupake juga buat referensi tugas sekolah ttg jenis2 korupsi :-)
BalasHapusyahh... berarti saya pernah korupsi gara2 pernah nyuap guru sama jajanin uang kembalian tiap disuruh belanja ke warung T_T
BalasHapusbiasanya kalo ada yg minta nota kosong nggak saya kasih, kalo masih 'ngeyel' sy kasih tp ga sy tanda tanganin dan sy anggap tdk bukan nota dr toko sy
BalasHapus